Seorang sahabat bernama Abu Sa’id bin Al-Mu’allaa sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba Rasulullah SAW. memanggilnya. Abu Sa’id Al-Mu’alla tidak menghiraukan panggilan tersebut dan tetap menuntaskan shalatnya. Setelah selesai shalat, beliau segera menghampiri Rasulullah SAW. dan berkata: “Duhai Rasulullah aku tadi sedang shalat!”
Rasulullah SAW. kemudian membacakan QS. Al-Anfal (8) ayat 24: “Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu …”
Rupanya Rasulullah hendak menyampaikan sesuatu yang sangat penting bagi Abu Sa’id. Rasulullah SAW. bersabda: “Maukah engkau kuajarkan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid”? Rasulullah SAW. kemudian menggandeng tangan Abu Sa’id.
Dan saat keduanya akan keluar dari masjid, Abu Sa’id menagih apa yang sudah dijanjikan Rasulullah SAW. kepadanya, yang akan mengajarkan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an. Rasulullahpun akhirnya menyampaikan bahwa surat yang paling agung itu adalah: “Alhamdulillahi Robbil ‘alamin. Dia (Surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim yang diberikan kepadaku”.
Kisah ini terdapat dalam hadits Al-Bukhoriy dalam Shahih-nya (4720), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1458), dan An-Nasa’iy dalam Sunan-nya (913).
Kedekatan dan keakraban seorang pimpinan yang sekaligus sebagai gurunya, terhadap anak buah sekaligus muridnya sangat nampak dalam dialog antara Rasulullah SAW. dan Abu Sa’id. Adapun isi pesan dari dialog itu rupanya merupakan sesuatu yang maha penting, yaitu tentang keagungan surat Al-Fatihah yang merupakan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an.
Al-Fatihah adalah surat pembuka, sebagai muqaddimah (pembukaan) Al-Qur’an. Terdiri dari 7 ayat dan merupakan surat pertama yang turun dengan lengkap. Termasuk surat Makiyyah, yaitu surat yang turun sebelum Hijrah.
NAMA-NAMA SURAT PEMBUKA
1. Al-Fatihah
Dinamakan Al-Fatihah (Pembukaan),karena Al-Fatihah merupakan pembukaan dari Mushaf Al-Qur’an atau dikenal juga dengan nama Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab Al-Qur’an), selain itu, Al-Fatihah merupakan pembukaan dalam shalat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: “Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab / surat al-Fatihah.” (HR. Bukhari).
2. Ummul Qur’an, Ummul Kitab dan Al-Qur’anul Adzhim
Sebagai pembukaan bagi Mushaf Al-Qur’an maka Al-Fatihah juga dinamakan Ummul Qur’an (Induk Al-Qur’an), sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:
أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ
“Ummul Qur’an itu adalah sab’ul matsani (tujuh ayat yang selalu diulang-ulang), dan Al-Qur’an yang agung yang dianugerahkan kepadaku.”(HR. Bukhari).
Sebagai Ummul Qur’an (Induk Al-Qur’an), sebagaimana “induk”; maka Al-Fatihah menjadi tempat kembali seluruh surat-surat dalam Qur’an atau sebagai “biang”(sumber) lahirnya surat-surat yang lainya. Hal ini mengandung pengertian bahwa Al-Fatihah secara isi kandungannya merupakan intipati yang memuat pokok-pokok pesan yang disampaikan Al-Qur’an.
Sebagaimana maksud Ummul Qur’an, Al-Fatihah juga sering disebut Ummul Kitab sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
كُلُّ صَلَاةٍ ا يُقْرَأُ فِيهَا بِأُمِّ الْكِتَابِ فَهِيَ خِدَاجٌ فَهِيَ خِدَاجٌ فَهِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
“Setiap shalat yang tidak dibacakan di dalamnya Ummul kitab (surat al fatihah) maka ia kurang, ia kurang dan tidak sempurna.”(HR. Ahmad dan lainnya).
Al-Fatihah dinamai juga Al-Qur’anul Adzhiem (Al-Qur’an yang Agung), karena seluruh keagungan kandungan Al-Qur’an secara intipatinya termuat dalam surat Al-Fatihah.
3. Sab’ul Matsani
Al-Fatihah juga dinamakan Sab’ul Matsani artinya tujuh ayat yang diulang-ulang, karena setidaknya ia merupakan surat yang selalu diulang-ulang dibaca di setiap shalat baik fardhu maupun sunnat.
Fakta juga menunjukkan bahwa Al-Fatihah adalah surat yang paling banyak diulang-ulang oleh manusia sejagat, baik dalam do’a, tadarus, wirid, pembukaan khutbah, ruqyah dan lain-lain. Tidak ada karya sastra lainnya di muka bumi ini yang mampu melampaui Al-Fatihah dalam kandungan maknanya maupun intensitas pembacaannya.
4. Al-Assaas
Dalam atsar yang diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi dari Ibnu Abbas bahwa beliau menamakannya Asas Al-Qur`an. Ibnu Abbas berkata, “Dan pokok dari Al-Fatihah adalah bismillahirrahmanirrahim”.
5. Alhamdu Lillah
Rasulullah SAW. bersabda:
الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي
“Alhamdulillah (surat Al Fatihah) adalah ummul Qur’an, ummul kitab dan sab’ul matsani. "(HR. Abu Dawud, At-Tirmidziy, Ad-Darimiy; dll).
Dinamakan juga surat Alhamdu Lillah, karena dalam surat Al-Fatihah terdapat ayat yang redaksinya menjelaskan bahwa “Segala Pujian Hanya Milik Allah SWT. Semata”.
6. Asy-Syifa, Ar-Ruqyah, Al-Kafiyah, Ash-Shalah
Selain nama-nama yang disebut sebelumnya, berdasarkan beberapa keterangan, Al-Fatihah juga dinamakan; Asy-Syifa (penyembuhan), sebab Al-Fatihah dapat dijadikan penawar berbagai penyakit; sementara Ar-Ruqyah (bacaan pengobatan), karena beberapa kali Rasulullah membacakan Al-Fatihah guna pengobatan penyakit; Al-Kafiyah (yang mencukupkan) artinya Al-Fatihah memang dapat dijadikan pengganti seluruh surat-surat lainya; adapun As-Shalah (perbaikan), karena isi kandungan Al-Fatihah memuat pokok-pokok perbaikan manusia dalam melaksanakan kehidupannya.
Dan masih banyak nama-nama lain Al-Fatihah yang menunjukkan dan memperkuat keagungan surat Al-Fatihah.
FAEDAH SURAT AL-FATIHAH
Faedah Surat Al-Fatihah dapat dibagi dalam dua kelompok bagian: (1) dari sisi Bacaannya dan, (2) dari sisi Materi/isinya.
1. Bacaan-nya
- Al-Fatihah adalah mukaddimah Al-Qur’an (Fatihatul Kitab).
- Al-Fatihah adalah pembuka dan termasuk salah satu rukun sah-nya Shalat (Fatihatus Shalat).
- Al-Fatihah dapat menjadi bacaan pengobatan (Ruqyah) sebagai salah satu ikhtiyar penyembuhan (Asy-Syifa).
- Basmalah (ayat 1 surat Al-Fatihah), menjadi bacaan (do’a) yang menyertai amal yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Setiap perkara (kehidupan) yang tidak dimulai dengan Bismillaahir-Rahmaanir-Rahiim, maka dia akan terputus. Artinya adalah kurang barakahnya” (HR. Ibnu Hibban).
- Hamdalah (ayat 2 surat Al-Fatihah), menjadi bacaan (do’a) yang mengakhiri amal yang baik sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: “Allah SWT. tidak memberi suatu nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali Allah SWT. menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua, maka Allah SWT. akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT. mengampuni dosa-dosanya…!!!” (HR. Hakim dan Baihaqi).
- Al-Fatihah menjadi surat yang berpahala jika di dzikirkan.
- Membaca surat Al-Fatihah dengan tartil adalah dialog dengan Allah SWT., sebagaimana sabda Nabi SAW.: “Barangsiapa yang shalat tidak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) padanya, maka shalatnya itu kurang”. (Beliau bersabda demikian tiga kali). “Tidak sempurna”. Lalu Abu Hurairah ditanya : “Sesungguhnya kami shalat di belakang imam (lalu bagaimana kami harus berbuat)?”. Abu Hurairah menjawab, “Bacalah di hatimu. Karena saya pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi Ash-Shalah (Al-Fatihah) antara-Ku dan antara hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan untuk hamba-Ku akan mendapatkan apa-apa yang ia minta. Maka apabila hamba mengucapkan Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, Allah Ta’ala menjawab, “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Apabila ia mengucap Ar-Rohmaanir Rohiim, Allah Ta’ala menjawab, “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia mengucapMaaliki yaumid diin, Allah menjawab, “Hamba-Ku telah mengagungkan Aku”, dan juga berfirman, “Hamba-Ku berserah diri kepada-Ku”. Apabila ia mengucapIyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin, Allah menjawab, “Ini adalah antara-Ku dan antara hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku akan mendapatkan apa-apa yang ia minta”. Dan apabila ia mengucapkan Ihdinash-shiroothol mustaqiim shiroothol-ladziina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdluubi ‘alaihim waladldloolliin, Allah menjawab, “Ini adalah untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku akan mendapatkan apa-apa yang ia minta”. (HR. Muslim, Juz 1, hal. 296).
2. Materi/Isi-nya
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa Surat Al-Fatihah merupakan Ummul Kitab/Ummul Qur’an (Induk Al-Qur’an). Artinya, materi atau isi kandungan Al-Fatihah ini mengandung intisari (pokok-pokok) ajaran Islam (Al-Qur’an).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf bahwa Al-Fatihah menyimpan rahasia [ajaran] Al-Qur’an, sedangkan rahasia surat ini adalah kalimat ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’. Bagian yang pertama (Iyyaka na’budu) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari syirik. Adapun bagian yang kedua (Iyyaka nasta’in) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari [kemandirian] daya dan kekuatan, serta menyerahkan (segala urusan) kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Makna semacam ini dapat ditemukan dalam banyak ayat Al-Qur’an.” (lihat Tafsir al-Qur’an Al-‘Azhim [1/34]).
Syekh Muhammad Abduh menjelaskan bahwa Surat Al-Fatihah mengandung lima intisari ajaran Al-Qur’an (maqashid Al-Qur’an), yaitu :
- Tauhid (Keesaan Allah SWT.), yaitu terdapat pada ayat Al-hamdulillahi Rabb Al-‘Alamin dan Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in.
- Ibadah (Ketaatan kepada Allah SWT.), yaitu terdapat pada ayat Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in.
- Jalan menuju kebahagiaan, yaitu terdapat pada ayat Ihdina al-shirath al-mustaqim.
- Janji dan ancaman, yaitu terdapat pada ayat Al-Rahman Al-Rahim dan Malik Yawm Al-Din.
- Kisah-kisah ummat pada zaman dahulu, yaitu sebagaimana diisyaratkan pada ayat “Shirat alladzina an’amta ‘alaihim ghayr al-maghdhubi ‘alaihim wala al-dhallin”. Dalam ayat tersebut disebutkan tiga golongan manusia, yaitu orang-orang yang diberi nikmat, orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat.
Syaikh Muhammad Abduh menjelaskan bahwa Surat Al-Fatihah dinamakan Umm Al-Kitab, karena di dalamnya terkandung initisari ajaran Al-Qur’an. Sebagaimana biji korma dinamakan Umm Al-Nahlah, karena ia merupakan benih atau asal dari pohon korma secara keseluruhannya. (Tafsir Al-Manar, jilid I, hal. 383)**** (waiman at Almukaromah, 9 April 2017)
pernah dimuat dalam MAJALAH AMANU
Daftar Pustaka:
- Terjemahan Tafsir Al-Maraghi Juz I, Ahmad Mustafa al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, Tahun 1992).
- Tafsīr al-Manār, Sayid Muhammad Rasyid Ridha, dalam al-Maktabah al-Syamilah ver. 3.5.
- Tafsir Al-Quran al-Adhim, diterjemahkan oleh Abdul Ghofar E.M: Tafsir Ibnu Katsir, Bogor: Pustaka Imam Syafi’i (Th 2000).
0 komentar:
Posting Komentar