صِبْغَةَ اللهِ وَ مَنْ أَحْسَنُ
مِنَ اللهِ صِبْغَةً وَ نَحْنُ لَهُ عَابِدُوْنَ
“Shibghah (celupan dari) Allah. Dan siapakah yang lebih baik
shibghahnya (selain) daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah”.
(QS
Al-Baqarah (2) ayat 138)
PENGERTIAN SHIBGHAH ALLAH (صِبْغَةَ اللهِ َ)
Menurut bahasa, Kata shibghah, diambil dari kata Shabagha yang artinya mewarnai,
mencelup, mengecat, membaptis (dalam agama Kristen), dan menenggelamkan; sedang
صِبْغَةَ
(shibghah) artinya: macam, bentuk, agama, ajaran, kepercayaan, dan baptis
(Kamus al-Munawwir, hal. 176).
Adapun pengertian Shibghah Allah, dalam Tafsir Umdatu Tafsir (juz 1, hal. 178)
adalah Dien Allah, Fitrah Allah dan Millah Ibrahim.
Syekh Musthafa Al-Maraghi menjelaskan Shibghah Allah: “Allah telah mencelup kita dan telah mem-fitrah-kan kita
(menciptakan kita pada awal kejadian), sebagai persiapan kita untuk menerima
kebenaran dan mengimani segala apa yang dibawa para nabi dan Rasul-rasul. Maka janganlah
kita mengikuti; pendapat sesat pemimpin, Hawa nafsu tokoh-tokoh masyarakat dan
taqlied (taat buta) kepada peraturan buatan manusia. Shibghah Allah adalah
perhiasan indah bagi kita yang dengannya kita larut kepadanya, seperti larutnya
warna celupan kepada kain”. (Tafsir Al-Maraghi juz
1, hal. 217)
HUBUNGAN (NISBAH) AYAT-AYAT.
Ayat sebelumnya (ayat
135) menjelaskan perselisihan kaum Yahudi dan Nashrani yang mengklaim sebagai
kaum yang mendapat petunjuk Allah SWT. Akan tetapi Allah SWT membantah keduanya
dan memberi klarifikasi bahwa yang mendapat petunjuk adalah yang berpegang
kepada Millah (Agama) Ibrahim AS, dan dikuatkan dengan fakta bahwa Ibrahim
bukanlah orang Musyrik.
Ayat selanjutnya (ayat 136), memberi amar (perintah) agar N.
Muhammad SAW mengajak mereka untuk beriman kepada ALLAH dan KITAB ALLAH. Dan
agar N. Muhammad SAW menyatakan, dengan dasar Iman (Tauhid) tersebut, bahwa
kami Ber-ISLAM (taat kepada Syari’at) Allah. Ayat ini juga sekaligus
menjelaskan bahwa Millah Ibrahim adalah Ad-Dien Islam (Aqidah dan syari’at
Islam).
Kemudian dalam ayat
137, Allah SWT menegaskan bahwa hanya dengan berIMAN kepada Allah SWT dan
Kitab-Nya, sebagaimana Imannya N. Muhammad dan para Sahabat-lah, mereka (kaum
Yahudi dan nashrani) mendapat petunjuk Allah. Bukan hanya berdasar klaim
(pengakuan) semata. Allah SWT juga menjelaskan garis pemisah (furqan), bagi
siapapun yang berpaling dari Dien (Agama) Islam.
Penjelasan berikutnya (ayat 138) adalah menjelaskan siapa
manusia terbaik menurut Allah. Yaitu manusia yang tershibghah (tercelup) dengan
Shibghah (celupan) yang terbaik, yaitu Shibghah Allah / celupan dari Allah; yaitu Ad-Dien Islam
(Aqidah / Tauhid dan Syari’at Islam).
PENJELASAN (BAYAN) SINGKAT AYAT
Manusia dalam Shibghah Allah
Manusia terbaik dalam
bimbingan ayat Allah, adalah manusia yang lahir dan batinya telah tercelup
dengan celupan Allah (Shibghah Allah). Shibgah Allah (celupan Allah) adalah
Ad-Dienul (Agama) Islam.
Aqiedah Islam adalah larutan pencelup yang akan mewarnai
akal, hati dan emosi manusia terbaik. Sehingga cara berfikir, berkeyakinan dan
bersikapnya hanya diwarnai dengan satu warna yang tegas yaitu Tauhid.
Syari’at Islam
adalah larutan pencelup yang
akan mewarnai perbuatan atau langkah manusia terbaik. Sehingga perbuatannya
hanya diwarnai dengan satu warna yang jelas yaitu Syari’at.
Terbitlah manusia
terbaik dalam bimbingan wahyu Ilahy, yaitu manusia yang memiliki satu warna
yaitu Islam. Islam minded seratus persen.
Warna-Warni Manusia
Sebenarnya warna-warni yang mencelup manusia itu tidak satu,
tetapi beragam. Warna-warni itu dapat dilihat dari redaksi ayat Allah: “ Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya (selain) daripada
Allah? ” (QS Al-Baqarah (2)
ayat 138).
1. Ada manusia yang tidak melarutkan
diri dalam celupan Allah, sehingga menjadi manusia yang ingkar (kafir). Tidak
bertauhid dan tidak mau diatur oleh aturan Islam. Manusia seperti ini adalah
manusia yang membenci Islam, anti Islam bahkan phobia islam.
2. Ada manusia yang mencampur adukan
berbagai warna dalam lahir dan bathinyya, sehingga menjadi manusia yang pecah
kepribadiannya (musyrik). Misalnya; agamanya Islam, tetapi cita-citanya
kapitalisme atau sosialisme; Agamanya Islam, tetapi tidak mau diatur oleh hukum
Islam bahkan phobia (takut); Agamanya Islam, tetapi pemimpinnya bukan orang
Islam yang tunduk pada ketentuan Allah.; Agamanya islam, tetapi anti Islam.
3. Ada juga manusia yang Islam
Minded, yang seluruh lahir dan bathinnya Islam, cinta Islam, cita-citanya
mentegakan Islam, hukumnya hukum Islam, pemimpinnya pemimpin Islam,
perjuangannya perjuangan Islam, Islam seratus persen. Inilah manusia yang telah
tershibghah dengan shibghah Allah.
Manusia Pengabdi
Sebagaimana tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu agar manusia
menjadi hamba Allah yang sukses dalam mempersembahkan pengabdiannya kepada
Allah. Maka hanya manusia yang sudah tershibghah dengan shibghah Allah-lah yang
akan mampu dan sanggup menjadi hamba Allah. Ini dapat difahami dari ujung ayat
dari surat Al-Baqarah ayat 138: “Dan hanya
kepada-Nya-lah kami menyembah”. *** (wakariem)
Almukaromah, 13 Maret 2017
Almukaromah, 13 Maret 2017
Sumber:
1. Ahmad Warson Munawwir, “Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap”, penerbit Pustaka Progressif –
Surabaya, cetakan 1 tahun 1404 H / 1984 M.
2. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, “Tafsir Al-Maraghi”, penerbit Maktabah Wa
Mathba’ah Mushthafa Albabi Al-Halaaby wa Auladuhu – Mesir, cetakan pertama
tahun 1365 H/ 1946 m.
3. Syaikh Ahmad Syakir, “Umdatut tafsir, Lil Hafidz Ibnu Katstir”, (mukhtashar Tafsir
Al-Qur’anul Adzhiem), penerbit Darul Wafa, cetakan kedua tahun 1426 H.
0 komentar:
Posting Komentar