Ada 3 peristiwa monumental pada bulan Ramadhan sepanjang perjalanan perjuangan Rasulullah Muhammad SAW. Ketiga monumen sejarah tersebut perlu kiranya dijadikan peringatan setiap kita memasuki bulan yang mulia, bulan Ramadhan. Peringatan yang bukan sekedar perayaan, tetapi tadzakur yang akan menghasilkan tasyakur.
[1] NUZULUL QUR’AN (Ramadhan tahun 1 Nubuwwah)
“Titik Awal Kebangkitan Islam”
Islam adalah Dien (sistem hidup) yang dibawa oleh seluruh para Rasul , firman Allah Ta’ala:
Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS Asyura (42) ayat 13).
Sunnatullah, dalam perjalanannya, Islam mengalami kejayaan (kemenangan) dan kekalahan dalam pertarungannya dengan Jahiliyyah. Firman Allah:
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim, (QS Ali Imran (3) ayat 140).
Kebangkitan adalah kejayaan kembali setelah mengalami kekalahan. Pada awal abad ke 7 Masehi, dunia berada dalam Kejahiliyyahan Kubra, dan turunya Al-Qur’an yang satu paket dengan diangkatnya Muhammad sebagai Rasulullah, adalah merupakan cahaya terang bagi dunia sekaligus sebagai Titik Awal Kebangkitan Islam kembali, menuju cita cita Kemenangan Islam. Firman Allah Ta’ala: “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi” (QS Al-Fath (48) ayat 28)
Adapun keterangan bahwa Al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan adalah QS Al-Baqarah (2) ayat 185: “bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)…”.
[2] PERANG BADAR (Ramadhan tahun 2 Hijriyyah):
“Perjuangan dan Paripurnanya Hijrah”
Dien Islam yang sejak tahun 1 Nubuwwah mengalami kebangkitan dengan dibangkitkannya Rasul yang ditandai dengan turunya Al-Qur’an. Kemudian diperjuangkan dengan dakwah oleh Umat Islam dibawah pimpinan Rasulullah SAW selama 13 tahun di Makkah.
Kondisi Umat Islam pada saat itu secara fisik masih berbaur satu wilayah dengan kaum musyrikin, walau demikian, Allah Ta’ala sejak awal telah memerintahkan Hijrah yaitu Hijrah Ar-Rujz (QS Al-Mudatsir (74) ayat 5). Al-Mudatsir tergolong surat yang pertama-tama turun di Makkah.
Hijrah Ar-Rujz adalah perintah menjauhi dan berpisah dengan segala macam kemusyrikan baik dalam idiologi, hukum, budaya, keyakinan, dan lain-lain, tetapi secara fisik belum diperintah hijrah.
Secara praktis, Hijrah Ar-Rujz adalah berpisah Kepemimpinan dari kepemimpinan Abu Lahab (struktur kepemimpinan Jahiliyyah) kepada kepemimpinan Muhammad SAW (struktur kepemimpinan Islam), seperti yang ditegaskan di dalam surat Al-Qalam (68) ayat 8 sampai 10: “Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)..Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). – Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina”.
Seorang muslim memang harus Loyal (wala’) dalam struktur kepemimpinan Islam dan berlepas / memisahkan diri (baro’) dari struktur kepemimpinan jahiliyyah Dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang kafir sebagai auliya (pemimpin) dengan meninggalkan kaum mukminin…” (QS. An Nisaa’ [4]: 144)
13 tahun kemudian sejak kebangkitan Islam, datanglah perintah Hijrah fisik, yaitu Hijrah teritorial (QS Al-Maidah (4) ayat 97-100). Hijrah Fisik Teritorial ini ditandai dengan Hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah (Daarul Kuffar) ke Yatsrib (Daarul Islam). Kota Yatsrib kemudian diubah namanya menjadi Madinah yaitu Kota dimana Din Islam memiliki tempat (teritorial) yang dikuasai.
Madinah dikatagorikan Daarul islam karena Madinah menjadi Daar (wilayah teritorial) yang dikuasai Umat islam dan diterapkan hukum Islam. Sementara sebelum Hijrah ke Madinah (yaitu di Makkah) Umat Islam berada dalam wilayah teritorial Kuffar. Sejak itu di negara Hijaz terbelah (Furqan) dalam dua Daar; Daarul islam (Madinah) dan Daarul kuffar (Makkah).
Sungguh Hijrah ke Madinah merupakan prestasi Amal Shaleh yang cemerlang sekaligus membangkitkan amarah orang-orang kafir, sebab sejak saat itu Umat Islam memiliki “tanah yang diinjak (dikuasai)” (QS At-Taubah (9) ayat 120). Bangkitnya amarah orang-orang kafir ini hingga meletuskan Perang Sabil yaitu “Perang badar”. Perang konvensional pertama antara Umat Islam dengan orang-orang Musyrik pada zaman Rasulullah.
Perang Badar terjadi tanggal 17 Ramadan 2 Hijriah, yaitu dua tahun setelah Rasulullah Hijrah ke Madinah.
Perang konvensional ini merupakan bentuk Clash Fisik pertama sebagai ciri Hijrah. Sebab hijrah itu ditandai dengan adanya clash (Furqan); jika hijrahnya adalah hijrah fisik maka yang terjadi adalah clash Fisik, sementara itu jika hijrahnya Hijrah Aqidah Idiologis, maka yang terjadi adalah clash secara aqidah idiologis.
Perang Badar sebagai wujud clash fisik ini diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai Yaumul Furqan (hari Furqan) yaitu Yaum Taqol Jam’an (Hari clash-nya dua pasukan) (QS Al-Anfal (8) ayat 41).
Ini adalah Hijrah yang paripurna, sebab yang Hijrah bukan hanya Aqidah Idioilogis (Hijrah Bathin) tetapi juga sudah sampai Fisik teritorial-nya.
Ramadhan menjadi momentum perjuangan (jihad) dan sekaligus hari Furqan (hijrah).
[3] FUTUH MAKKAH (Ramadhan tahun 8 Hijriyyah)
“Kemenangan Islam”
Perjuangan Islam yang dipimpin Muhammad SAW. akhirnya menemui hasilnya yang gemilang pada tanggal 10 ramadhan tahun 8 Hijriyyah. Yaitu dengan dibebaskannya kota Makkah (Futuh Makkah).
Tanggal 10 Ramadan 8 H, Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kota Madinah diwakilkannya kepada Abu Ruhm Al-Ghifary.
Ketika sampai di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad membagi pasukannya, yang terdiri dari tiga bagian, masing-masing adalah:
Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian bawah,.
Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari bukit Kada’, dan menegakkan bendera di Al-Hajun.
Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah hingga sampai ke Mekkah.
Dari Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka’bah, Nabi Muhammad mulai menghancurkan berhala dan membersihkan Ka’bah. Dan selesailah pembebasan Mekkah.
Firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata… supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,… dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).” (QS Al-Fath (48) ayat 1-3)
oo-
Ramadhan!, engkau datang, kami sambut, kami peringati serta kami syukuri dengan meningkatkan skala dakwah.
**** (waiman)
pernah dimuat dalam MAJALAH AMANU
almukaromah, 4 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar