Sabtu, 18 Maret 2017

Suami & Istri; Ibarat pakaian

Allah SWT mengibaratkan suami sebagai pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami, lihat QS Al-Baqarah (2) ayat 187. Tentu ini adalah metafor yang sangat indah dan dalam maknanya. Apa makna suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami?.

kali ini kita hanya akan mengupas makna yang lebih bersifat teknis keseharian dari makna pakaian tersebut. Fungsi pakaian didalam Al-Qur’an dijelaskan dalam QS Al-A’raf (7) ayat 26: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Fungsi pakaian dalam surat Al-A’raf tersebut dijelaskan sebagai Penutup aurat, aurat pada asal artinya adalah sesuatu yang harus ditutup, karena malu jika dibuka. Kemudian sebagai Risyan (lafadz aslinya) yang secara bahasa, Risyan itu adalah bulu pada burung yang berfungsi sebagai Penghias dan juga Pelindung, berarti pakaian itu harus berfungsi menghiasi tubuh dan melindungi tubuh sebagaimana bulu pada burung. Terakhir, fungsi pakaian itu adalah Pakaian Ketaqwaan.

Maka, diantara makna suami sebagai pakaian istri dan istri sebagai pakaian suami memiliki 4 pengertian sebagaimana fungsi pakaian:

1. Saling menutupi aib masing masing.
2. Saling menghiasi.
3. Saling melindungi.
4. Saling menumbuhkan potensi ketaqwaan.



Suami dan istri harus saling menutupi aib masing-masing. Sehebat apapun seseorang, ketika sudah berumah tangga maka kekurangan dan kelemahannya akan sangat diketahui oleh pasangannya. Disinilah seorang suami harus menutupi aib istrinya dan seorang istri juga harus menutupi aib suaminya. Bukan sebaliknya, justru suami atau istri malah menjadi corong informasi yang menyebabkan aib istri atau suami diketahui oleh tetangganya, teman kerjanya, teman arisannya, rekan bisnisnya. Stop membocorkan rahasia kekurangan pasangannya masing-masing.

Kemudian suami maupun istri harus saling menghiasi, suami atau istri sudah semestinya berkhlaq yang baik sehingga suami atau istri menjadi kebanggaan pasangannya. Jika suaminya ketahuan korupsi, tentu tidak menjadi perhiasan istrinya. Atau jika istrinya ketahuan menyeleweng, tentu akan sangat memalukan suaminya.

Saling melindungi berarti saling menolong, saling membantu agar kelemahan masing masing dapat ditambal dan diperbaiki bersama.

Dan yang terakhir, dalam kehidupan berumah tangga, suami dan istri harus saling menasehati, dan mendorong masing-masing agar didalam rumah tumbuh benih benih ketaqwaan, sehingga menjadi rumah tangga yang berkah dan menjadi inspirasi ketaqwaan anak-anaknya jika kelak dikaruniai anak.

Itulah sebagian makna suami menjadi pakaian bagi istri dan istri menjadi pakaian bagi suami. Semoga bermanfaat bagi kawula muda yang memutuskan diri untuk segera menikah dan juga mengingatkan bagi yang sudah menikah. Wallahu a’lam bish showab **** (waiman)

Pernah dimuat dalam MAJALAH AMANU

almukaromah, 18 Maret 2017
Share:

0 komentar:

Posting Komentar