Kehidupan
itu ibarat buah kelapa, tergantung kesanggupan kita membedahnya, sehingga mampu
menikmati hasilnya, setelah dibedah.
Ada yang tidak sanggup mengupasnya, sehingga tertipu ia menyangka intipati buah
kelapa itu ya serabutnya saja. Ada yang sudah mau berpayah payah mengupasnya,
hanya tidak tuntas, sehingga beranggapan bahwa intipati dari buah kelapa adalah
batoknya (tempurungnya). Ada yang mengupasnya tuntas hingga membuka
batoknya dan menemukan daging dan airnya. Yang ketiga inilah yang sebenarnya berhasil
mengupas intipati dari buah kelapa.
Kehidupan tidak jauh dari buah kelapa, ada yang tidak mau mengurai makna
kehidupan sehingga ia tertipu oleh ‘kulit / cangkang’-nya kehidupan.
Pergerakannya hanya berputar putar diseputar perut (ekonomi), kemaluan
(seksual) dan wajah (popularitas). Dari pagi hingga malam (24jam) ngulibek’
(berputar) diseputar itu. Hidup ananiyyah (egois, hanya diri
dan keluarganya yang diurus dan diperhatikan serta diutamakan dari segala hal,
Inilah Hidup Hissi.
Manusia yang hidup dengan filosofis Hidup Hissi; hanya berani
jika lapar; Hanya bergerak untuk memuaskan nafsu syahwatnya; hanya
beraktifitas untuk mengejar popularitas. Akan tetapi jika Islam terjajah,
ia tidak peduli; Jika Ummat Islam terdzalimi ia acuh tak acuh; Jika
program dan amanah kerisalahan terabaikan, ia tidak mau tahu. Sama sekali tidak
ada agenda JIHAD Fisabilillah… tidak ada jadwal DAKWAH Ilallah.
Firman Allah SWT: “Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak
lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada
yang membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja” (QS
Al-Jatsiyah ayat 24)
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa yang tidak memperhatikan
urusan umat Islam maka bukan termasuk mereka. Dan siapa yang pagi dan siangnya
tidak menyampaikan nasihat kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya, imam dan umumnya
umat Islam maka bukan termasuk mereka” (HR At-Tabrani)
Oo-
Ada yang sudah mampu mengupas makna kehidupan dan menemukan intisarinya tetapi
tidak tuntas. Seperti mengupas buah kelapa baru sampai “batok” (tempurung) nya
ia sudah berhenti dan mengatakan inilah intinya.
Manusia seperti ini adalah manusia yang sudah ada di dalam sabilillah (Islam), dan sudah melakukan pengabdian (ibadah), hanya sayang tidak totalitas; belum
punya kesadaran yang cukup, belum memiliki keyakinan yang kuat dan belum punya
tekad yang membaja. Sehingga sering mudah berubah karena “coba” dan “goda”;
Masih suka pilih pilih dalam menunaikan Darma bakti; kerap ragu dalam melakukan
kebaikan; Selalu perlu motivasi dari orang lain dalam pergerakannya; Kadang
suka merekayasa “keadaan” agar diijinkan untuk tidak melakukan tugas
pengabdian; Masih angin- anginan, bagaimana kondisi, atawa kumaha “mood”-na,
kadang mawa karep sorangan; tidak mau terpimpin dalam hidup berbaris.
Inilah Hidup Maknawi…. filosofis hidup maknawi.
Firman Allah SWT: “Dan di antara manusia ada orang yang
menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan,
tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana,
berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian
itu adalah kerugian yang nyata” (QS
Al-Hajj ayat 11)
Oo-
Ada yang sudah mampu mengupas makna kehidupan dan menemukan intisarinya serta
mampu menikmatinya dengan kepuasan, seperti pengupas buah kelapa yang sudah
sanggup mengupasnya hingga menemukan daging dan air kelapanya.
Manusia seperti ini adalah manusia yang sudah ada Fi Sabilillah (Islam) dan
sudah mendarma baktikan seluruh kehidupannya dalam pengabdian yang totalitas.
Inilah filosofis hidup Ma’any. Hidupnya sudah dipergunakan untuk melakukan amal
bakti sebanyak banyaknya dan sesempurna sempurnanya. Amal bakti yang timbul dari
keyakinan yang kuat dan Iman yang teguh. Amal yang dilakukannya hanya karena
mengharapkan Rahmat dan Ridho Allah semata
Orang yang hidup dengan filosofis hidup Ma’any ini sudah tidak mengenal sukar
dan sulit, berat dan susah, takut dan was was dan lain lain yang akan mencegah
manusia melakukan amal yang sempurna. Tentu filosofis hidup Ma’any ini tidak
akan diraih tanpa kemurahan dan karunia Allah
Firman Allah SWT: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya” (QS
Al-Baqarah ayat 207) **** (waiman)
Pernah dimuat dalam MAJALAH AMANU
Almukaromah, 18 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar