Menjadi
seorang muslim yang paripurna berarti beraqidah dan bersyari’at Islam, dan pribadi yang sudah dibentuk
sempurna dengan aqidah dan syari’at Islam akan nampak dalam karakter pribadinya
yang berakhlaqul karimah. Termasuk, dalam upayanya meraih karunia rezeki dari
Allah dengan kerja atau usaha. Inilah yang disebut Etos Kerja seorang muslim,
yaitu karakter atau watak seorang Muslim yang dibentuk oleh keyakinan yang
pasti, dalam bekerja atau berusaha.
Bekerja dan berusaha bagi seorang muslim bukan hanya sebatas kebutuhan, tetapi
merupakan kehormatan dan kemuliaan. Dengan bekerja dan berusaha, maka ia
berpeluang mendapatkan hasil yang mencukupi untuk kehidupannya, sehingga
terhindar dari meminta-minta kepada orang lain dan tidak membebani orang lain,
bukankah ini sebagai kehormatan?. Menjadi pribadi yang mandiri diatas kaki sendiri.
Rasulullah SAW mengingatkan umatnya agar menghindarkan diri dari meminta-minta
atau mengemis belas kasihan orang lain: “Terus-menerus seseorang itu suka
meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam
keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
Selain berpeluang mencukupi kehidupan, bekerja dan berusaha juga memberi
peluang ia mendapat karunia yang melebihi kebutuhannya. Sehingga, dengan
demikian seorang muslim dapat meraih kemuliannya dengan mensedekahkan sebagian
rezeki pemberian Allah SWT tersebut. Disinilah kemuliaan seorang muslim yang
mampu berbagi dengan sesama dan menginfaqkan hartanya dijalan Allah.
Rasulullah SAW bersabda bahwa “Tangan diatas lebih baik daripada tangan di
bawah”, sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan
manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan
mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka
dia tidak akan mendapat berkahnya, Dia bagaikan orang yang makan namun tidak
pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di
bawah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dengan bekerja atau berusaha ia akan meraih “kehormatan”, karena menjadi
pribadi yang mandiri dan berdikari; dan akan meraih “kemuliaan”, karena
berpeluang menyalurkan hartanya dengan zakat, infaq dan sedekah.
Kehormatan dan kemuliaan seorang muslim juga akan diperoleh jika dalam
meraihnya ditempuh dengan cara yang Halal dan baik. Semua gambaran tentang Etos
kerja seorang muslim tersebut digambarkan dengan sempurna oleh Rasulullah SAW
dalam sabdanya: “Sungguh pagi-pagi seorang berangkat, lalu
membawa kayu bakar diatas punggungnya. Ia bersedekah dengannya dan mendapatkan
kecukupan dengannya. Ia tidak meminta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik
baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, mereka memberinya atau
menolaknya. Ini karena tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Dan,
mulailah dari orang yang menjadi tanggungan anda. (HR Muslim dan
Tirmidzi).
Muhammad Bin Abdillah sebelum diangkat menjadi Rasul Allah SWT, beliau telah
dididik dalam tarbiyyah Ilahiyyah untuk menjadi pribadi yang beretos kerja
tinggi. Beliau tumbuh kembang dalam kondisi yatim, dan mencukupi kehidupannya, sejak kecil, dengan menggembalakan domba milik
peternak-peternak kaya orang Makkah.
Ketika usianya menginjak belasan tahun, beliau ikut magang kepada pamannya, Abu Thalib, melakukan trading (dagang) keluar negri
(ekspor dan impor). Negri-negri yang dikunjunginya adalah pusat-pusat
perdagangan regional seperti Syam, Bahrain, Yordania dan Yaman.
Sejak kecil beliau sudah mandiri dan menginjak remaja beliau melakukan magang
perdagangan keluar negri, sehingga saat dewasa beliau sudah piawai dalam
berdagang. Kepiawaiannya inilah yang memikat hati konglomerat nasional asal
kota Makkah (siti Khodijah) untuk mempekerjakannya sebagai manager di
perusahaannya. Maka sejak usia 25 tahunan, beliau sudah mengelola perusahaan
dagang nasional terbesar di Kota Makkah, milik siti Khodijah. Dan melakukan
ekspor-Impor atas nama perusahaan tersebut.*** (waiman)
pernah dimuat dalam MAJALAH AMANU
almukaromah, 18 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar