Selasa, 04 April 2017

Laa Tahzan: Allah beserta Kita !

Suasana di kota Makkah saat itu betul-betul mencekam. Menciutkan nyali siapa saja yang berkalung takut dan bersorban galau.

Penyebabnya adalah, karena Negara Hijaz melalui parlemen Daarun Nadwah-nya telah mengeluarkan ketetapan “bunuh Muhammad !”. Ketetapan yang tegas dan tidak membutuhkan interpretasi itu, diterjemahkan oleh pemerintahan negara Hijaz dengan mengirim para pemuda-pemuda dari berbagai kabilah untuk mengeksekusi Muhammad SAW.

Pengepungan pun dilaksanakan oleh para pemuda tersebut, mereka bersiaga diseputar rumah Rasulullah SAW untuk menangkap atau sekaligus membunuh beliau. Hanya saja Rasulullah SAW beserta Ali Bin Abi Thalib membuat siasat cerdas, dan dengan pertolongan Allah, akhirnya beliau mampu meloloskan diri dari kepungan para penjagal tersebut. Kemudian beliau meneruskan rencananya untuk Hijrah ke kota yatsrib (madinah).

Pemerintah negara Hijaz dibuat geram dengan berita lolosnya Rasulullah dari kepungan para algojo terpilih mereka. Pemerintah negara Hijaz akhirnya menerbitkan pengumuman sekaligus menetapkan Muhammad SAW sebagai buronan negara yang paling dicari. Pengumuman tersebut berisi sayembara: “Barangsiapa yang berhasil membunuh Muhammad, maka akan dihadiahi seratus ekor unta”. Harga seratus ekor unta kira- kira jika dirupiahkan sekarang adalah sekitar 3 milar rupiah.

Sontak saja, bukan hanya penduduk Makkah yang tergiur, dengan imbalan pembunuhan Muhammad SAW, tetapi juga seluruh penduduk di semenanjung Arab berlomba-lomba untuk mengeksekusi Muhammad SAW.

Oo-

Setelah menyusuri jalan yang tidak umum menuju Yatsrib, Rasulullah yang ditemani dalam perjalanan hijrahnya oleh Abu Bakar, memilih berhenti selama tiga hari di Gua Tsur. Gua yang sempit dan sedikit pengap, untuk memantau pergerakan para pemburunya. Benar – benar perjalanan yang sukar dan sarat resiko, dibutuhkan segala taktik cerdik yang menguras energy dan pikiran.

Selama 3 hari, para pemburu yang berhamburan menyelidiki seluruh tempat baik rumah, gedung, jalanan, lembah, gunung dan gua gua tidak lepas dari pantauan para pemburu.

Tibalah saatnya sebagian pemburu, yang tergiur hadiah tersebut, sampai juga di mulut Gua Tsur. Pedang-pedang sudah keluar dari sarangnya, tombak-tombak dipasang dalam kondisi siap tancap, dan anak-anak panah sudah bersarang dibusurnya. Seandainya nampak sosok Rasulullah SAW, maka seluruh senjata tajam itu pasti sudah sangat siap menghabisi pribadi Rasulullah dan siapa saja yang mengawalnya.

Timbullah suasana yang sangat menegangkan, sebab seandainya saja mereka sedikit merunduk melihat kedalam gua yang nampak gelap dan sempit itu, pastilah Rasulullah dan Abu Bakar jelas kentara terlihat. Kesedihan tak bisa disembunyikan dari roman muka Abu bakar, beberapa bulir air mata nampak menetes membasahi pipi.

Tetapi pribadi Rasulullah SAW nampak tenang, tidak sedikitpun bersemayam kesedihan dan ketakutan dalam lubuk hatinya, bahkan beliau bersabda kepada Abu Bakar dengan suaranya yang pelan, jelas dan berwibawa: “Jangan Bersedih, Sesungguhnya Allah Beserta Kita!”. Allahu Akbar, pribadi agung yang mantap dengan keyakinan, melahirkan ketenangan disaat kegentingan tak bisa dihindarkan, disaat nyawa menjadi taruhan, disaat kebinasaan seakan akan pasti tak terelakan.

Apa yang hendak ditakuti dari para pemburu itu, jika mereka melaksanakan peraturan pemerintahan yang dzalim dan didasari nafsu keserakahan; sementara kita sedang menjalankan dan menegakan Agama Dien Allah dengan dasar keimanan. Jika kita selamat maka kita hidup dengan mulia dan jika kita mati maka kita mati sebagai syahid, tidak ada ruginya. Bukankah hidup dan mati kita sudah kita ikrarkan untuk Allah?.

Inilah sepenggal kisah mengharukan dalam perjalanan Hijrah Nabi Muhammad yang dikawal Abu bakar. Sampai Akhirnya para pemburu tersebut dibutakan penglihatannya ke arah gua tempat persembunyian Rasulullah., dan beliau selamat serta dapat melanjutkan perjalanannya dengan aman. Kisah ini kemudian diabadikan didalam QS At-taubah (9) ayat 40. Semoga dapatlah kiranya kita mengambil pelajaran berharga. *** (wakariem)

Almukaromah, 4 maret 2017



Share:

0 komentar:

Posting Komentar