Sabtu, 25 Maret 2017

KESABARAN, Positif Thinking dan PANTANG MENYERAH

Perintah Allah SWT agar bersabar dalam QS Ali Imran ayat 200, diulang sampai dua kali, tentu hikmahnya agar manusia memiliki sikap mental sabar yang tidak berbatas, justru batas dari ketidak sabaran adalah Tidak Bersabar.

Ada dua Rukun Sabar: {1} Menerima Kenyataan sepahit apapun, dan {2} Teguh dalam beramal shaleh.


Menerima kenyataan sepahit apapun.


Bahwa kenyataan yang berlaku, tidaklah terjadi dengan sendirinya tetapi semua terjadi atas kehendak Allah Ta’ala. Jauh sebelum makhluq diciptakan oleh Allah, Allah ta’ala telah menetapkan segala ketentuan (Qadha)-Nya dan mencatatnya di dalam kitab di Lauhil Mahfudz, dan ketika ketetapan itu berlaku, maka itu adalah Qadar (Takdir)-Nya.

Segala musibah yang menimpa manusia adalah ketentuan dan kuasa Allah, semua terjadi atas kehendak-Nya. Oleh karena itu maka, penerimaan atas kenyataan sepahit apapun adalah wujud Iman-nya kepada Qadha dan Qadar Allah.

Sebaliknya, jika justru kita tidak menerima, dongkol, berkeluh kesah atas kenyataan pahit yang menimpa kita adalah wujud kemarahan atas pemberian dan kehendak Allah.

Inilah rukun yang pertama dan utama dalam kesabaran. Tidak mungkin manusia sanggup bersabar atas apapun derita yang menimpa tanpa adanya kekuatan Iman kepada Qadha dan Qadar Allah. Maka, setiap manusia mukmin jika ia mendapat musibah, maka keyakinannya akan mendorong lisannya untuk mengucapkan “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun” (Sesungguhnya kami dari Allah dan sesunggguhnya kami akan kembali kepada-Nya), lihat QS Al-Baqarah  ayat 156.

Terimalah kenyataan sepahit apapun bahwa ini adalah pemberian dari Allah, dan yakini bahwa dibalik kenyataan pahit ini, ada hikmah kebaikan dan keberkahan yang menjadi rahasia Allah, yang dipersiapkan Allah untuk kita. Sebab segala takdir, yang baik maupun yang buru, disisi Allah semuanya adalah kebaikan (QS Ali Imran ayat 29). Disini kita menemukan pengertian sabar sebagai POSITIF THINKING.


Teguh dalam beramal Shaleh


Tidak ada kesabaran kecuali dalam kedisiplinan mematuhi titah perintah Ilahy. Walaupun sudah sanggup menerima kenyataan sepahit apapun karena jiwa imannya, tetapi seandainya kita tidak berdiri dan bergerak dalam rangka mengabdi kepada Allah, mematuhi titah perintah Allah maka penerimaan itu bukanlah kesabaran.

Dalam QS Ali Imran ayat 146, Allah berfirman: “Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.”

Nampak jelas bahwa sabar bukan hanya penerimaan atas kenyataan sepahit apapun, tapi kenyataan pahit yang dideritanya tidak akan membuat ia lemah, putus asa dan berhenti dalam menjalankan amal shaleh. Disini kita menemukan pengertian sabar sebagai PANTANG MENYERAH. *** (waiman)

pernah dimuat dalam MAJALAH AMANU

almukaromah, 25 Maret 2017
Share:

0 komentar:

Posting Komentar