Sudah menjadi rumusan baku, bahwa
setiap orang yang beriman kepada Allah SWT, pasti akan diuji dengan berbagai ujian.
Ujian itu akan terus berlangsung hingga teruji dan terbukti mana Emas mana loyang.
Mana yang benar-benar beriman, dan mana yang hanya dusta saja . Ternyata memang
banyak yang terhempas diterpa badai musibah, bahkan hingga menghempaskan
Iman-nya, dan mulai menikmati penyimpangannya. Tak kuat memegang keimanan
disaat-saat penuh krisis dan derita.
[QS 29:2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
[QS 29:3] Dan sesungguhnya kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.
Rupanya mereka yang terhempas dalam kubangan penyimpangan tersebut; Keimanannya tidak sampai kedalam hati, hanya gumpalan teori dari mulutnya saja. Terbukti ketika musibah datang, yang menjawab bukan Iman dalam hatinya, tapi mulutnya yang pandai bersilat dan berkilah.
[QS 49:14] Orang-orang arab badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Oo-
Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 214, Allah SWT akan menguji keimanan seseorang dengan tiga ujian, yaitu:
1. Al Ba’sa’ / Penderitaan (pisik)
2. Adh Dhorro / Kemelaratan (ekonomi)
3. Zulzilu / Goncangan (psikologis)
[QS 2:214] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Secara kausalitas, ketiga derita
tadi bisa datang sebagai kesalahan atau kecerobohan diri tetapi bisa juga
sebagai rencana atau makar musuh Islam yang hendak memadamkan cahaya Allah SWT. Secara hakikat, adalah rencana Allah Ta'ala, untuk menguji ketahanan Iman.
[QS 8:30] Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Tetapi berbahagialah!, sebab
berbagai ujian itu akan menghantarkan kita ke surga-Nya. Itu semua jika kita
sanggup menjawab ujian itu dengan keimanan.
Sungguh, jika derita yang datang
sebagai wujud ujian dari Allah ini kita jawab dengan Keimanan, maka hasilnya
akan melahirkan mukmin bermental prima yang menyandang KESABARAN. Sabar itu
adalah kekuatan jiwa yang nampak dari tetapnya ia dalam jalan Fisabilillah berjuang
dan berkarya. Tidak menyerah karena kasus, masalah dan segala kenyataan pahit.
[QS 3:146] Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Tetapi sebaliknya, jika dihadapi
bukan dengan Iman, tapi dengan perasaan, maka akan menghempaskan dia di jalan
Allah. Merasa beban yang tak kuat ia pikul. Mundur teratur dari barisan hamba
Allah yang berjuang demi tegaknya Islam. Patah semangat dan putus asa.
Naudzubillah.*** (waiman)
Almukaromah, 4 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar