Senin, 16 Januari 2017

Hukum ISBAL bagi laki-laki?


TANYA: 
HARAMKAH Isbal bagi laki-laki ?

JAWAB:

(1)

Isbal adalah memanjangkan kain celana, gamis, sarung atau selimut, hingga menutupi mata kaki; baik dalam shalat maupun diluar shalat; baik dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.

Hukum Isbal bagi perembuan adalah “boleh” sebagaimana hadits dari Ummi Salamah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ لَمْ يَنْظُرِ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ: فَكَيْفَ يَصْنَعْنَ النِّسَاءُ بِذُيُولِهِنَّ ؟. قَالَ: يُرْخِينَ شِبْرًا. فَقَالَتْ: إِذًا تَنْكَشِفُ أَقْدَامُهُنَّ ؟! قَالَ: فَيُرْخِينَهُ ذِرَاعًا لَا يَزِدْنَ عَلَيْهِ. 

Artinya: “Barang siapa menyeret pakaiannya dengan sombong, Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat”. Kemudian Ummu Salamah bertanya: “Bagaimana para wanita membuat ujung pakaian mereka?” Beliau menjawab: “Hendaklah mereka menjulurkan sejengkal” Ummu Salamah berkata lagi: “Kalau begitu telapak kaki mereka akan tersingkap ?!” Beliau menjawab: “Hendaklah mereka menjulurkannya sehasta, mereka tidak boleh melebihkannya.” (HR. Tirmidzi: 1731, hasan shahih)

Bagi wanita boleh menjulur kainnya hingga sehasta dibawah mata kaki.

Adapun hukum Isbal bagi laki-laki, para ulama khilaf (terjadi perbedaan pendapat) mengenainya; ada yang menghukumi jaiz (boleh) , ada yang menghukumi makruh dan ada yang menghukumi Haram secara mutlak. 

(2)

Dalil yang melarang isbal secara mutlak:


عن أبي ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم قال فقرأها رسول الله صلى الله عليه وسلم ثلاث مرارا. قال أبو ذر: خابوا وخسروا من هم يا رسول الله؟ قال: المسبل والمنان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب (رواه مسلم)

Dari Abu Dzar, dari Nabi -shollallahu alaihi wasallam- bersabda: “Ada tiga golongan, -yang pada hari kiamat nanti Allah tidak bicara dengan mereka, tidak melihat mereka, tidak membersihkan (dosa) mereka dan bagi mereka siksa yang pedih”. Rasulullah -shollallahu alaihi wasallam- mengulangi sabdanya itu tiga kali. Abu dzar mengatakan: “Sungguh celaka dan merugilah mereka! Wahai Rasulullah, siapakah mereka?”. Beliau menjawab: “Orang yang isbal,(menjulurkan kain celananya melewatui mata kaki, orang yang mengungkit-ngungkit pemberianny, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu”. (HR. Muslim).



عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ : مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِي النَّارِ. رواه البخاري

Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. beliau bersabda, “Yang dibawah kaki tempatnya di neraka”. H.r. Al-Bukhari,

Dari Muhammad bin ‘Aqil aku mendengar ibnu umar bercerita: Rasulullah -shollallohu alaihi wasallam- pernah memberiku baju qibtiyah dan memberikan kepada usamah baju hullah siyaro. Ibnu Umar mengatakan: ketika Nabi -shollallohu alaihi wasallam- melihatku isbal beliau datang dan memegang pundakku seraya berkata: “Wahai Ibnu Umar! semua pakaian yang menyentuh tanah, (nantinya) di neraka”. Ibnu Aqil berkata: “Dan (setelah itu) aku melihat Ibnu Umar selalu memakai sarungnya hingga pertengahan betis”. (HR. Ahmad. al-Arnauth mengatakan: Derajat haditsnya shohih lighoirihi, sedang sanad ini hasan).

Dan masih ada beberapa hadits yang melarang Isbal secara mutlak.


(3)

Dalil yang melarang Isbal dengan muqayyad (batasan) karena sombong atau bermegah-megahan:

عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ عَنِ الإِزَارِ فَقَالَ أَنَا أُخْبِرُكَ بِعِلْمٍ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ r يَقُوْلُ إِزَرَةُ الْمُؤْمِنِ إِلَى أَنْصَافِ سَاقَيْهِ لاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْكَعْبَيْنِ مَا أَسْفَلَ مِنْ ذلِكَ فَفِي النَّارِ لاَ يَنْظُرُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا. رواه مالك و الطبراني

Dari Al-‘Ala bin Abdurrahman, dari Ayahnya, sesungguhnya ia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Said tentang sarung.” Maka ia menjawab, “Aku akan khabarkan kepadamu berdasarkan ilmu, aku mendengar Rasul saw. bersabda, ‘Batas sarung seorang mukmin sampai pertengahan betis, dan dibolehkan antara mata kaki dan tengah bitis, dan yang di bawah mata kaki tempatnya di neraka, dan siapa yang menyeret sarungnya karena kesombongan, Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat. H.r. Malik dan At-Thabrani

عَنْ جَابِرِ بْنِ سُلَيْمٍ الْهُجَيْمِيِّ قَالَ أَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ r… قَالَ … وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّ إِسْبَالَ الإِزَارِ مِنَ الْمَخِيْلَةِ وَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيْلَةِ. رواه البيهقي

Beliau bersabda, ‘…dan jauhilah olehmu melabuhkan pakaian, karena melabuhkan pakaian itu termasuk sombong. Dab sesungguhnya Allah tidak menyukai kesombongan’”. H.r. Al-Baihaqi



مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ لاَ يُرِيْدُ بِذلِكَ إِلاَّ الْمَخِيْلَةَ فَإِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. رواه أحمد

Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa melabuhkan pakaian dengan maksud sombong, sesungguhnya Allah tidak akan memperhatikannya pada hari kiamat. H.r. Ahmad

(4)

Sebagian ulama menghukumi haram Isbal, karena berdalil dengan dalil yang mutlak, sementara sebagian lagi menghukumi jaiz (boleh) karena wajibnya membawa dalil yang mutlak kedalam dalil yang muqayyad, sebagaimana kaidah ushul fiqh:

حَمْلُ الْمُطْلَقِ عَلَى الْمُقَيَّدِ وَاجِبٌ

(membawa dalil yang mutlak kepada muqayyad hukumnya wajib)

Artinya larangan Isbal itu dengan batasan sombong atau bermegah megahan. Jika isbal tidak dengan sombong dan bermegah-megahan maka hukumnya kembali kepada hukum asal, yaitu boleh (halal).

Ada juga yang berpendapat bahwa larangan Isbal itu tidak keras atau tidak jatuh kepada haram tetapi makruh.

(5)

KESIMPULAN:

Melihat keterangan pendapat-pendapat tentang Isbal tersebut, saya memilih pendapat yang menghukumi jaiz / halal ( boleh) isbal selama tidak dilakukan dengan kesombongan. 

Pilihan (tarjih) tersebut karena kekuatan argumentasinya, tentu dengan tetap toleran terhadap pendapat lainya yang berbeda.

Ada juga keterangan tentang Abu bakar yang memakai pakaian isbal dan Rasulullah SAW yang menggusur pakaiannya saat terjadi gerhana:

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ rقَالَ مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ لَمْ يَنْظُرِ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ إِزَارِي يَسْتَرْخِي إِلاَّ أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ فَقَالَ النَّبِيُّ rلَسْتَ مِمَّنْ يَصْنَعُهُ خُيَلاَءَ – رواه البخاري –

Dari Abdullah bin Umar, dari Nabi saw. beliau bersabda, “Siapa yang menyeret pakaiannya karena sombong, Allah tidak akan memandang kepadanya pada hari kiamat, lalu Abu Bakar berkata, ‘Sesungguhnya salah satu dari ujung pakaianku berlabuh, aku khawatir termasuk orang yang seperti itu’ Beliau bersabda, “Kamu tidak termasuk di antara orang yang berbuat hal itu.” H.r. Al-Bukhari

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلىَ عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ فَخَرَجَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى الْمَسْجِدِ… رواه البخاري

Dari Abu Bakrah, ia berkata, “Telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw., lalu beliau keluar menggusur pakaiannya hingga beliau sampai ke masjid… H.r. Al-Bukhari

Kedua keterangan dua hadits tersebut menguatkan pilihan hukum Halal (boleh) isbal selama tidak dilakukan dengan kesombongan dan bermegah-megahan. Tetapi jika dilakukan dengan sombong dan bermegah megahan maka hukumnya haram.****


Wallahu A'lam bish shawab, wassalam.


(waiman)
Almaghfirah, 16 Januari 2017.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar