Fiqh Pengurusan Jenazah
Bagian - 1
(Tanya jawab)
SAKARATUL MAUT
1. Bagaimana adab seorang muslim menghadapi muslim lainya yang sedang sakaratul maut?
Kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainya yang skaratul maut adalah MENTALQINI – nya. Yaitu membimbing dengan lembut agar yang sedang sakaratul maut tersebut mengucapkan Laa Ilaaha Illallah di akhir ucapannya.
Rasulullah bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Dari Abu Said Al-Khudri, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Talqinkanlah oleh kalian orang yang sedang sekarat dari kalian dengan kalimat 'la ilaha illalloh'." (HR. Ahmad 11006, Muslim 916, Abu Daud 3117, At-Tirmidzi 978, An-Nasai 4/5, Ibnu Majah 1445, Al-Baihaqi dalam Sunan As-Saghir 1034)
Dari Muadz bin Jabal, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa yang akhir ucapannya 'la ilaha illalloh' akan masuk surga". (HR Abu Daud 3116, Ahmad 22387, Al-Hakim 1330)
Tidak seorang hamba pun mengucapkan 'la ilaha illalloh' kemudian ia mati atas kalimat itu kecuali niscaya masuk surga. (HR Muslim)
Adapun adabnya:
(1) Mengarahkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat dengan pelan-pelan.
عَنْ اَبِيْ قَتَادَةَ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ قَدِِمَ الْمَدِيْنَةَ سَأَلَ عَنِ اْلبَرَاءِِ ابْنِ مَعْرُوْرٍ فَقَالُوْا تُوُفِيَ وَاَوْصَى بِثُلُثِهِ لَكَ يَارَسُوْلَ الله وَاَوْصَى اَنْ يُوَجَّهَ إِلىَ الْقِبْلَةِ لَمَّا احْتَضَرَ فَقَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَصَابَ الْفِطْرَةَ وَقَدْ رَدَدْتُ ثُلُثَهُ عَلَى وَلَدِهِ
Dari Abu Qotadah, bahwasanya Nabi saw ketika berada di madinah, ia menanyakan al-Bara bin Ma'ruf, mereka menjawab ; Dia telah wafat dan ia berwasiat sepertiga dari hartanya untukmu ya Rasulullah, serta agar dihadapkan ke kiblat apabila menjelang wafatnya. Maka Nabi saw bersabda ; Ia telah sesuai dengan fitrah. Dan telah saya berikan sepertiga dari hartanya kepada anaknya. (HR al-Hakim 1/353, Al Baihaqi Kubra 3/384)
(2) Melembutkan suara saat mentalqin dan jangan membuat jemu dengan terlalu memberondong ucapan Laa Ilaaha Illallah.
إذَا ثَقُلَتْ مَرَضَاكُمْ فَلَا تُمْلُوهُمْ قَوْلَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ ، وَلَكِنْ لَقِّنُوهُمْ فَإِنَّهُ لَمْ يُخْتَمْ بِهِ لِمُنَافِقٍ قَطُّ
Apabila orang-orang yang sakit di antara kalian telah mendekati ajalnya, janganlah kamu membikin jemu dengan perkataan 'la ilaha illalloh', tetapi hendaklah kamu ingatkan mereka. Sebab hanya orang munafiqlah yang akan merasa berat untuk mengucapkan bacaan tersebut. (HR Ibnu Hiban, Nail 4/54)
(3) Cukup satu kali apabila yang ditalqini sudah mengucapkannya, kecuali kalau dia mengucapkan omongan lainnya.
Diriwayatkan dari Ibnul Mubarak, bahwasanya ketika ia menjelang wafatnya mulailah seorang laki-laki mentalqinkannya dengan kalimat 'la ilaha illalloh' dan ia terus menerus memperbanyak bacaan tersebut. Maka Abdullah bin al Mubarak berkata kepada laki-laki itu ; Jika aku sudah mengucapkan satu kali sungguh aku tetap dalam pendirian selama aku tidak mengucapkan kalimat lain. (HR Tirmidzi, Tuhfah 3/54)
2. Bagaimana adab seorang muslim, jika yang sakaratul maut tersebut menemui ajal kematian?
(1) Ucapkan kalimat Istirja yaitu: “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raajiun” (QS Al-baqarah (2) ayat 156-157)
(2) Menutupkan (pejamkan) Mata Jenazah
Dari Umu Salamah, ia berkata : Rasulullah saw melayat jenazah Abu Salamah dalam keadaan matanya terbuka, lalu Rasulullah saw memejamkannya dan bersabda, "Sesungguhnya ruh apabila dicabut diikuti oleh mata." (HR. Ahmad 27078, Muslim 920, Abu Daud 3118, Ibnu Majah 1454, Al-Baihaqi 1039).
(3) Menutup jasad Jenazah Dengan Kain
Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw ketika wafatnya ditutupi dengan kain hibarah. (HR Mutafaq Alaih)
(4) Menghadapkan wajah jenazah ke arah kiblat dan jasadnya dibaringkan ke kanan
Dari Salma ibunya Abu Rafi', bahwasanya Fatimah putri Rasulullah saw ketika wafatnya dihadapkan ke kiblat dan berlunjur ke sebelah kanannya. (HR. Ahmad, Nailul Authar 4/47)
(5) Mengumumkan Kematian Jenazah kepada sanak saudara dan kerabatnya dengan tidak berlebih-lebihan (na’yu)
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw mengumumkan kematian Najasyi pada hari kematiannya, maka beliau membawa mereka ke mushala (tempat terbuka untuk shalat), lalu mengimami mereka dan bertakbir empat kali takbir. (HR al-jama'ah)
Dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi saw, beliau bersabda ; Jauhilah an-na'yu karena sesungguhnya an-na'yu itu amal jahiliyah. (HR Tirmidzi).
(6) Menyegerakan pengurusan (pemulasaran) Jenazah
Dari Ali, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Tiga perkara wahai Ali yang tidak boleh ditunda-tunda ; shalat apabila tiba waktunya, jenazah apabila telah hadir, janda apabila sudah ada yang menanggungnya. (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Hiban)
bersambung... insya Allah.
(waiman)
Almaghfirah, 10 Januari 2017.
.
0 komentar:
Posting Komentar