Senin, 27 Februari 2017

Penyakit Berbahaya bagi Juru dakwah

Fenomena berguguran, atau setidaknya melemahnya militansi dakwah Ilallah, adalah fenomena yang akan selalu ada disepanjang episode gerakan dakwah. Namun kiranya apa gerangan, rintangan-rintangan yang sering menjadi batu sandungan insan dakwah tersebut?.


Firman Allah ta’ala:

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS 3/146).

Berdasar mafhum QS 3/146, batu sandungan bagi insan Dakwah adalah 3 penyakit berikut ini:

1. Penyakit Wahn (cinta dunia dan takut mati)

Wahn menurut Rasulullah adalah “hubbud Dunya wa karohiyatul maut” (cinta dunia dan takut mati). Tipologi wahn adalah manusia yang sangat terpesona oleh daya Tarik dunia dan tidak memiliki kekuatan untuk mi’raj, atau melawan daya Tarik tersebut dengan naik menuju pesona dan daya Tarik akhirat yang abadi. Atau manusia yang sangat khawatir dengan kematian, kerugian, tidak menguntungkan secara materil; dan kekhawatirannya tersebut telah mengepung seluruh ruang dalam rongga dadanya, sehingga sering sesak ketika menderita kerugian harta, waktu atau fisik materil lainnya di jalan dakwah.

Penyakit wahn membuahkan pikiran bahwa jalan dakwah ini tidak menguntungkan, sebab ukuranya selalu materil. Sedikit saja terkena musibah dalam jalan dakwah, kerap membuat ia terkapar merasa sangat merugi, yang pada akhirnya putus harapan. Dakwah menjadi kurang asik, bagi para pengidap penyakit wahn .

Penyakit wahn sumbernya adalah kurang mantapnya Iman (Ma’rifatullah), orientasi ukhrawi yang tipis dan wawasan sejarah islam yang lemah.


2. Penyakit Dha’ufuu (merasa lemah)

Dhaufuu (merasa lemah) adalah penyakit jiwa yang kehilangan gairah dalam berdakwah. Bisa jadi karena melihat keterbatasan diri dalam materil, ilmu, wawasan, koneksi, dan lain lain. Atau merasa lemah karena melihat ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan dakwah, yang begitu perkasa dibanding dirinya dan dibanding kelompok dakwahnya. Atau bisa juga melihat Musuh terlalu kuat dalam pandanganya.

Takut, malu, dan minder adalah perasaan yang mendominasi isi hatinya sehingga menjadi pengecut dan kehilangan gairah menjalani perintah Dakwah.

Penyakit Dhauufu ini, sumbernya adalah kurangnya Isti’anah (bersandar) pada kekuatan, kekuasaan dan kasih sayang Allah ta’ala. 

3. Penyakit Istikaan (pasif)

Istikaan adalah menjadi diam atau berhenti alias pasif. Biasanya karena melihat kondisi-kondisi yang kurang ideal dalam kelompok dakwahnya; atau benturan sesama insan dakwah; atau karena mengalami tanggung jawab yang bertambah sementara kualitas dan kapasitas diri tidak bertambah, sehingga menghasilkan problematika yang sulit ditemukan jalan keluarnya.

Kesel, sebel, kecewa, riweuh, capek dan lain lain adalah beberapa indikator dari penyakit istikan ini.

Penyakit Istikan sumbernya adalah kurangnya kedewasaan berjama’ah dalam kelompok dakwah. Kedewasaan berjama’ah adalah tasamuh (toleran), Ruhama (kasih sayang) terhadap sesama, ukhuwwah, atau terserang hasutan, gossip dan berita bohong yang melemahkan kebanggan dakwah dan berjama’ah dalam kelompok dakwahnya.

Oo-

Al-Qur’an surat Ali Imran (3) ayat 146 (secara mafhum mukhalafah), mengisyaratkan bahwa: penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit berbahaya yang akan menyebabkan ia tidak bersemangat menyertai Rasul (pimpinan dakwah); menyebabkan ia tidak bergairah menjadi ribbiyuun (insan dakwah); dan pengecut untuk Qatala (memerangi musuh-musuh dakwah).

Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar, yang pantang menyerah, yaitu Insan dakwah yang: Pamaa Wahanu (tidak wahn), wamaa Dhaufuu (tidak merasa lemah), dan wamas takaanu (tidak istikan).

Semoga terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya dan bisa mewabah tersebut, dan menjadi Insan dakwah yang Shabirun**** (wakariem)


Almukaromah, 27 Februari 2017

#cahayahikmah   #parapengabdi  #wakariem
Share:

0 komentar:

Posting Komentar