Kamis, 02 Februari 2017

Anjing yang “menjulurkan Lidahnya”

Bismillahirrahmanirrahim

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. Al A'raf (7) ayat 176)

Anjing adalah hewan yang loyal kepada siapa saja yang memberi makan, tanpa peduli siapa pemberi makannya itu; apakah ia jahat atau tidak. Hanya satu bayaran loyalitasnya adalah memenuhi kebutuhan perutnya saja.

Al-Qur’an memberi perumpamaan orang yang memasrahkan dirinya kepada daya tarik duniawi dan demi memperturutkan hawa nafsunya, adalah seperti Anjing yang mengulurkan lidahnya.

Adalah manusia “anjing” yang menolak ketinggian derajat dan martabatnya disisi Allah, dan lebih memilih kerendahan dengan hanyut mengikuti derasnya kebutuhan syahwat duniawi serta asik masyuk dengan daya tarik bumi (dunia) yang aduhai.

Allah Ta’ala dengan firmanNya menjelaskan, bahwa mereka adalah orang orang yang mendustakan ayat-ayat Allah (QS Al A’raf (7) ayat 177)

Oo-

Tipologi manusia anjing ini bukan umpama bagi manusia yang bodoh dengan isi Al Kitab (kitab suci), bahkan mungkin sangat mengerti isinya. Adalah umpama bagi Manusia yang sudah mengerti kebenaran, tetapi melepaskannya karena tergoda oleh syetan. Rupanya baginya, rayuan Kalam Ilahy tidak lebih dahsyat daripada daya tarik bumi (duniawi). 

Ayat sebelumnya, Allah berfirman: “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat" (QS. 7:175) 

Menurut Ibnu mas’ud (dalam tafsir Ibnu Katsir), ayat ini berkenaan dengan seorang Ulama bani Israil yaitu Bal’am Bin Baurah.  Malik Ibn Dinar mengatakan ialah Ulama bani Israil yang do’anya selalu dikabulkan oleh Allah (saking salehnya).

Bal’am Bin Baurah adalah seorang Ulama Ahli KItab dan juga pengikut utama Nabiyullah Musa As; selain pintar ia juga shaleh, sebab itu do’anya sering dikabulkan oleh Allah. Sayang seribu sayang ia malah berbelok menjadi loyalis Fir’aun demi sekantung emas dan perak; dan demi tidak dipenjara oleh Fir’aun. Nabi Musa AS ditinggalkan dan Taurat di tanggalkan, menginginkan hidup enak sesuai hasrat nafsunya.*** (wakariem)

Sub: PERUMPAMAAN AL-QUR’AN (Amtsal Qur’an)

Semoga bermanfaat. Wasalaaam… 



Almukaromah, 3 Februari 2017.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar