Kondisi ghurbah Islam (keterasingan Islam) adalah: kondisi dimana
konsepsi Islam yang dikenal dimasyarakat bukanlah Islam yang Kaffah
(komprehensif), tetapi konsepsi islam yang parsial. Islam hanya dikenali
sebatas konsepsi ritual ataupun sebagiannya sosial saja, sedangkan konsepsi
politik Islam, Jihad Islam, Daulah islam menjadi terasing dan tidak dikenali di
tengah masyarakat.
Dalam kondisi seperti ini, maka umat islam yang memahami dan
memegang Islam secara Kaffah juga, secara otomatis menjadi terasing (ghuraba)
pula. Mereka berada dalam kondisi yang minoritas dan seringkali dianggap
menyempal dari mainstream pemahaman mayoritas, sebab mayoritas masyarakat
memahami Islam hanya sebatas ajaran moral, ritual dan setengah sosial.
Islam dipinggirkan hanya menjadi urusan privat sementara urusan
sosial politik menjadi urusan penguasa. Islam di kandangi sebatas di masjid
saja sementara di istana menjadi kuasa manusia. Dalam kondisi ini, mereka yang
Istiqamah memegang Islam secara Kaffah, menjadi Ghuraba (asing) di tengah
masyarakat. Akan tetapi, Rasulullah SAW menyatakan: “berbahagialah orang
orang terasing (ghuraba) itu!” (HR Muslim, Baihaqi dll).
Siapa mereka yang dinyatakan Ghuraba (terasing) yang kemudian
dinilai oleh Rasululullah SAW sebagai orang yang patut berbahagia?.
.
.
MINORITAS SHALIH YANG MENYELISIHI MAYORITAS YANG SESAT
Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Islam dimulai dalam kondisi asing, dan akan kembali
sebagaimana ia dimulai (sebagai sesuatu yang) asing; maka berbahagialah bagi
kaum ghuraba’ (orang-orang yang asing tersebut).” Seorang sahabat
bertanya: “siapakah orang asing itu wahai
Rasulullah?”, Rasulullah SAW menjawab:
أُنَاسٌ صَالحُونَ في أنَاس سُوءٍ كَثِيرٍ
مَنْ يَعْصِيهِمْ أكْثَرُ ممَّنْ يُطِيعُهُمْ
“Mereka adalah orang-orang soleh yang sedikit
jumlahnya di kalangan manusia yang ramai. Orang-orang yang menyelisihi mereka
lebih ramai daripada orang-orang yang mengikut mereka.” (HR. Ahmad, Thabrani dan Baihaqi).
Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada Aqidah
Tauhid, dengan memurnikan Tauhid dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah
SWT, disaat justru sebagian besar (mayoritas) masyarakat meninggalkannya.
Al-Ghuroba adalah orang-orang yang Hijrah dari segala bentuk kemusyrikan yang
kotor, melaksanakan titah perintah Allah (والرجز
فاهجر) “Dan segala bentuk kemusyrikan tinggalkanlah!” (QS
Al-Mudatsir (74) ayat 5). Menyatakan tidak kompromistis terhadap kejahiliyyahan,
justru disaat sebagian besar masyarakat menyerah dan berkompromi dengan
kejahiliyyahan.
Sikap anti komprominya dengan kemusyrikan dan kejahiliyyahan
membuat Al-Ghuroba juga berhijrah dari mayoritas, firman Allah: “Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan
jauhilah mereka (hijrah) dengan cara yang baik.” (QS Al-Muzammil (73) ayat
10). “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah).” (QS Al-An’am (6) ayat 116).
Mayoritas masyarakat lebih memilih menyerah kepada kejahiliyyahan
dan memberikan loyalitas kepada struktur kejahiliyyahan. Mayoritas mau bersikap
lunak dan menyerah. Sementara itu, Al-Ghuroba memilih baro’a atau meninggalkan
struktur lembaga jahiliyyah, dengan tidak mau menjadi bagian dari masyarakatnya
dan tidak mau mentaati kepemimpinan jahiliyyah, Firman Allah SWT: “Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan
(ayat-ayat Allah). Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan
(ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu
mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS Al-Qalam (68) ayat
8-9).
Sikap tegas anti kompromistis dari Al-Ghuroba terhadap kemusyrikan
dan kejahiliyyahan, nampak jelas dalam sikap Nabiyullah Ibrahim AS. Beliau dan
para pengikutnya berlepas diri dari kejahiliyyahan dengan keluar dari lingkar
kedaulatan Kerajaan (Negara) Mesir dan membangun kepemimpinan umat diluar
Kekuasaan (lihat QS Al-Mumtahanah (60) ayat 4). Walaupun dengan demikian
Ibrahim dengan para pengikutnya yang setia menjadi dianggap menyempal dari arus
mainstream dan otomatis menjadi kelompok minoritas yang terasing (diasingkan)
atau istilahnya Ghuroba.
Sungguh merekalah orang-orang yang Istiqomah dalam berkeyakinan dan
bersikap, dan Allah member kabar gembira bagi mereka.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami
ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu. Kamilah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat; di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.”(QS. Fushilat 30-31)
.
KELOMPOK YANG ISTIQAMAH DALAM BERTINDAK DAN BERJUANG
Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Islam dimulai dalam kondisi asing, dan akan kembali
sebagaimana ia dimulai (sebagai sesuatu yang) asing; maka berbahagialah bagi
kaum ghuraba’”. Lanjutan hadits tersebut adalah penjelasan siapa
Al-Ghuroba tersebut:
اَلَّذيْنَ يُصَلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ
النَّاسُ مِنْ بَعْدِي مِنْ سُنَّتِي
“Yaitu orang-orang yang memperbaiki sunnahku
sepeninggaku, sesudah dirusakkan oleh manusia” – HR. at-Tirmidzi, No. 2630 dan beliau
menjelaskan bahawa hadis ini adalah hasah shahih.
Al-Ghuroba yang pasti dibahagiakan oleh Allah adalah mereka yang
istiqomah dalam berjuang. Mereka adalah kelompok yang melakukan Ishlah atau
gerakan perbaikan, disaat kondisi Islam dan Umat islam terasingkan.
Walaupun terasing karena diasingkan, mereka tetap semangat
mengusung Jihad Fisabilillah, memegang al-haq (kebenaran) dan memperjuangkannya
di muka bumi. Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ
ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ
أَمْرُ اللهِ، وَهُمْ كَذَلِكَ.
“Ada satu golongan dari umatku yang akan selalu berada di
atas kebenaran. Tidak akan membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka
sehingga datang keputusan Allah sedangkan mereka tetap dalam keadaan seperti
itu.” (HR Muslim, no. 1920)
Al-Ghuroba adalah kelompok yang Dzahir (berdiri) diatas kebenaran
Islam dan mendzahirkan (berjuang memenangkan-nya). *** (WAIMAN)
Pernah dimuat dalam MAJALAH AMANU
Almukaromah, 26 Maret 2017
0 komentar:
Posting Komentar